Sponsored By

Bisnis di Internet

18 Februari, 2009

Dapet Duit dari Internet - Praktek Langsung


Hallo,


Saya baru saja ketemu website yang cukup ok ttg bagaimana kita bisa mendapatkan duit dari Internet melalui Google Adsense.
Sebelum anda menguap dan merasa bosan dan ingin tutup email ini karena anda sudah nek mendengar kata-kata “cari duit dari Internet”, tunggu dulu…
Mengapa?
Karena yang ini agak berbeda dari yang lain.
Bedanya dimana?
Yang ini bukan sekedar TEORI. Pemilik websitenya benar-benar pernah mengalami dan menjalani apa yang ia sampaikan di website tsb.



Dan yang paling penting adalah, ini bukan ebook yang sudah sering anda temukan di mana-mana. Yang satu ini dalam bentuk video!
Jadi anda bisa langsung lihat dan PRAKTEK apa yang dipaparkan di dalam video tsb.
Apabila anda sudah berhasil mendapatkan duit dari Internet, silakan anda tutup email ini. Tapi apabila anda sudah pernah terjun di bidang ini tetapi tidak ada hasil lalu anda give up, maka informasi yang disampaikan di website ini akan berguna dan bermanfaat buat anda.



Singkat kata, sang pemilik website mendapatkan US 1300 lewat Internet. Ya lumayan lah ya, 12 juta Rupiah...
Lihat sendiri buktinya di:

Read More..

Ngeblog dapet duit, bisa?


Hallo,


Anda pasti sudah tahu dong apa itu blog.
Tapi tahukah anda bahwa nge-blog (aktifitas melakukan blogging) bisa menghasilkan anda duit?


Lho? Koq bisa?
Iya, begini saya jelaskan sedikit.
Blog kan seperti website. Nah kalau blog anda ramai dengan pengunjung, maka blog anda bisa menampilkan iklan dari pemasang iklan.
Ketika pengunjung anda meng-klik iklan tsb, anda akan dibayar. Ya, pengunjung hanya perlu meng-klik iklan yang tampil di blog anda, dan anda akan dibayar.
Jadi anda tidak perlu susah payah menjual barang atau jasa kepada orang lain untuk mendapatkan duit.
Sekali lagi, anda hanya perlu menampilkan iklan di blog anda, lalu pengunjung yang datang ke blog anda hanya perlu meng-klik iklan anda, dan anda pun dibayar.



Ini adalah sebuah bisnis yang real dan nyata, seperti koran dan majalah yang menampilkan iklan dari sang pemasang iklan, mereka (koran dan majalah) pun dibayar.
Lewat blog anda menampilkan iklan dari sang pemasang iklan pun sama, hanya saja ini lewat sarana Internet.
Dengan perkembangan teknologi yang cepat, Internet adalah sarana yang sangat efektif saat ini dan di kemudian hari untuk menyampaikan produk dan jasa yang ditawarkan oleh pemasang iklan.
Apa artinya semua ini?
Artinya anda bisa memanfaatkan blog anda menjadi mesin uang buat anda. Apabila anda belum punya blog juga tidak apa apa, karena saya akan tunjukkan kepada anda bagaimana seorang pakar telah terbukti mendapatkan US$580.04/Blog/Bulan dari Internet hanya dengan nge-blog, dan bagaimana anda bisa meniru dan menconteknya .
Ya, US$580.04 setiap Bulan hanya dari 1 Blog!
Mau tahu bagaimana caranya?

Read More..

17 Februari, 2009

Preman Internet - 7 Cara Menghasilkan Duit dari Internet


Pada tulisan Saya yang kali ini, Saya mengambilnya dari eBook Preman Internet, yakni ada 7 cara menghasilkan uang dari Internet. yakni :- website konten- resale right- product creation- affiliate marketing- forum- domain parking- services
Mungkin dalam tulisan kali ini tidak mungkin Saya bisa membahas semuanya, Saya akan menjelaskan Salah satunya, yakni services. salah satu services yang dapat menghasilkan uang adalah dengan membuat website konten.
Yang pertama sekali mungkin akan saya bahas adalah Website Konten,Cara menghasilkan duit dari website konten lebih banyak dari iklan-iklan yang terpampang di dalam website tersebut, karena website konten sendiri lebih fokus kepada memberikan informasi secara gratis dengan demikian pemilik website konten akan lebih banyak memberi. Contohnya blog yang bagus adalah JohnChow.com
Jika Anda langsung mengakses kesana terlihat jelas di sisi kanan dan kiri dari website tersebut terisi begitu banyak banner-banner. Perlu diingat blog dan website portal juga termasuk dalam website penyedia konten, blog juga sarana memberikan informasi apalagi website portal semacam detik.com . Pemilik website konten lebih fokus memberi terlebih dahulu baru menerima
belakangan dari biaya pemasangan iklan dari orang lain yang tertarik untuk memasang iklan di website tersebut.
Saran saya bagi yang ingin memilih jalur ini : Lebih banyak Waktu daripada Uang ( yah jangan sampai ga ada uang sama sekali juga yah ;p) Karena untuk mengupdate konten saat awal-awal tentunya membutuhkan waktu Anda sendiri, jangan pernah meng-outsource hal-hal yang belum terbukti menghasilkan, karena sebelum mengeluarkan biaya Anda harus sudah lebih tau dahulu berapa ROI yang akan Anda dapatkan. Setelah Anda mendapatkan profit dari sana, baru Anda gulung profit tersebut untuk menggaji GhostWriter ( Penulis bayangan ) untuk melanjutkan konten di website Anda.
Demikian dari Saya, jika Anda merasa ini bermanfaat dan ingin mendapatkan tips dan trik lainnya, Saya mempunyai seorang teman ahli internet marketing, Peter Kohar yang akan membagikan eBook-nya Preman Internet secara Gratis silahkan mengunjungi http://www.premaninternet.com/?ke=7926
Read More..

09 Februari, 2009

Perempuan Yang Dicintai Suamiku

Kiriman dari seorang teman....

Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku.
Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti apa mauku. Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah.
Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic. Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun.

Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang. Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluarpun hampir tidak pernah.
Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu. Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas.
Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.

Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan kami.
Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya.

Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu kuliah. Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki.
Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2 waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona.
Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.
Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab.

5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka.
Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.

Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario , setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x.
Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas.
Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya.
Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.

Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS.
Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi.
Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya, " Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini ? tidak mau makan juga? uhh… dasar anak nakal, sini piringnya, " lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario , tiba2 saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya.
Dan….aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !

Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku.
Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya.
Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah.
Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang kerumah saat ulang tahun perka wina n kami kemarin.
Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.

Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu.
Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku.
Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton.. kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.

Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya. Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta , aku tidak pernah menyangka, hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.. Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya.
Dia berhasil membuka password email Papa nya, dan memanggilku, " Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha ?" Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,

Dear Meisha, Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima.
Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku. Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya.
Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya.
Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya.

Ketika konflik2 terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya. Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.
Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan kami.
Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu.
Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu.
Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my heart.

yours, Mario

Mataku terasa panas.
Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku. Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai perempuan lain.

Aku mengumpulkan kekuatanku.
Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku.
Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya. Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya.
Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku.
Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju.

Aku terpuruk dalam kehancuranku.
Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua.
Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya. Betapa tidak berharganya aku.
Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ?
Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ?
Itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku..
Betapa malangnya nasibku. Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia.
Biarlah dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya.
Dengan pura2 tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu.
Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.

********** Setahun kemudian…

Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang.
Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.

" Mario, suamiku…. Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku.
Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin.
Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan.
Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya.
Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku.
Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku…
Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku…..
Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita.
Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario ..
Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, " kenapa, Rima ? Kenapa kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku ?" Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya. Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku.
Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu.
Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan. Istrimu, Rima"
Di surat yang lain,

"………Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es.
Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku,
seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha……"

Disurat yang kesekian,
"…….Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku. Aku telah berubah, Mario .
Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi.
Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai.
Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung.
Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu.
Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah.
Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini?
Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi,
aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah……. Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya…….."
Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya… dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya. Disurat terakhir, pagi ini…

"…………..Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9.
Tahun lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia.
Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor. Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu.
Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit. Tahukah engkau suamiku, Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah,
baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?………"

Jelita menatap Meisha, dan bercerita, " Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku.
Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik.
Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya.
Mama memarkir motornya diseberang jalan,
Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi…… aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante….. aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak……"
Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak.
Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.

Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi.
Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.

Dear Meisha, Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2 dan selalu berusaha menyenangkan hatiku.
Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya.
Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia.
Hatiku mulai bergetar…. Inikah tanda2 aku mulai mencintainya ? Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha.
Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana.
Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku….

Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk disamping nisan Rima.
Diwajahnya tampak duka yang dalam.
Semuanya telah terjadi, Mario .

Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita..
Read More..

Guru Ngaji

Cerpen Humam S. Chudori
Dimuat di Republika 01/27/2008

Sudah sepekan anak-anak yang mengaji di masjid Nurul Iman tidak ada yang mengurus. Anak-anak hanya berlarian ke sana ke mari. Sudah lima hari ini tidak satu pun ada guru mengaji yang mengajar di sana. Meskipun anak-anak yang mengaji dikenai infak bulanan. Namun, hasilnya sangat tidak memadai untuk honor guru mengaji yang mengajar. Itu sebabnya setiap bulan Tarmidzi terpaksa minta subsidi dari kas masjid. Namun, yang dilakukan Tarmidzi menimbulkan masalah. Sudah beberapa bulan ini, Neneng - istri Tarmidzi - mendengar kabar yang tidak menyenangkan tentang suaminya, bahwa Tarmidzi mau berkiprah di masjid yang belum sepenuhnya jadi karena ingin menangguk keuntungan dari sana.
Untuk mengklarifikasi masalah itu, Tarmidzi minta kepada ketua pengurus masjid untuk mengumpulkan semua pengurus, tokoh masyarakat, serta para ketua RT. Lelaki berkacamata minus itu ingin menjelaskan kenapa setiap bulan dirinya terpaksa meminta subsidi dari uang kas masjid. Kenapa pula tenaga pengajar anak-anak di masjid itu sering berganti. Tarmidzi tidak ingin apa yang dilakukannya selama ini justru menimbulkan fitnah. "Itu sebabnya saya terpaksa harus ganti-ganti guru ngaji. Karena, jika mereka mendapat pekerjaan dapat dipastikan akan mengundurkan diri," kata Tarmidzi setelah memaparkan panjang lebar tentang keadaan anak-anak yang mengaji di masjid. "Sebetulnya honor guru ngaji di sini tak lebih dari sekedar ucapan terimakasih. Sebab, andaikata setiap guru ngaji datang ke sini dengan menggunakan kendaraan umum, honor itu tidak cukup untuk biaya transport. Hanya saja, karena belum berkeluarga, mereka tidak pernah mempersoalkan honor yang mereka terima," lanjut Tarmidzi. "Oh, jadi guru ngaji sekarang sudah kenal duit?" celetuk Zulfar. "Soalnya di kampung saya dulu, asal ada lampu sentir, anak-anak sudah bisa mengaji," tambah Zulfar, "Karena dulu orang mengajar ngaji nawaitunya lillahi ta'ala." Tiba-tiba pertemuan itu menjadi kaku. Semua orang terlihat tegang setelah mendengar lontaran kalimat ketua RW itu. Tarmidzi yang paling tegang. Telinganya terasa panas mendengar ucapan Zulfar. Karena merasa dipojokkan, Tarmidzi marah. Ingin rasanya ia menghajar mulut suami Irawati itu. Untuk menetralisir kemarahannya, Tarmidzi istighfar dalam batin. "Bagi orang yang tidak pernah mengaji atau orang bakhil, nawaitu lillahi ta'ala sengaja disalahtafsirkan. Sebab, dengan cara menyimpangkan makna lillahi ta'ala, orang bisa seenaknya memperlakukan guru ngaji. Guru agama pun khawatir dianggap tidak ikhlas apabila menuntut hak yang layak. Padahal mereka tetap mempunyai kewajiban yang sama dengan orang lain. Memberi nafkah, menyediakan perumahan, menyekolahkan anaknya, membayar cicilan rumah, dan lain-lain," ujar Tarmidzi setelah berhasil meredam kekesalannya. "Anak seorang dai tetap perlu membayar uang sekolah dan membeli keperluan sekolah. Istri seorang muballigh bila membeli beras maupun sayuran tidak hanya separuh harga. Rumah seorang kyai, ajengan, atau seh tetap membayar rekening listrik kepada PLN. Jika menggunakan pesawat telepon juga tidak gratis. Nah, barangkali Pak RW bisa mencari guru mengaji yang tidak mempunyai kewajiban seperti itu." Mendengar penjelasan panjang lebar dari Tarmidzi, orang-orang yang ada di tempat itu tercenung. Sebelum orang lain bicara lagi. Tarmidzi kembali buka suara, "Mulai sekarang saya kembalikan kepercayaan bapak-bapak kepada saya untuk mengurus anak yang mengaji di sini. Barangkali Pak Zulfar bisa mencari guru ngaji yang tidak perlu membayar cicilan rumah, atau ustad yang istrinya kalau belanja hanya separuh harga, dan anak-anaknya bisa digratiskan sekolahnya. Dengan demikian, kas masjid tidak akan berkurang untuk membayar honor guru ngaji." Tarmidzi menyerahkan berkas-berkas kepada Baharudin, ketua pengurus masjid. Baharudin sama sekali tidak bertanya kenapa berkas-berkas itu diserahkan lelaki yang duduk di sebelahnya. Tarmidzi lantas pulang. Ia tak ingin berlama-lama duduk di sana. Tarmidzi ingin menghindari mujadalah dengan orang-orang di masjid. Esoknya tak ada guru mengaji yang datang ke masjid. Anak-anak menjadi tak terurus. Mereka hanya berlarian ke sana kemari di dalam masjid, dan membuat orang-orang yang ada di sana jengkel. Menyadari ada sesuatu yang tidak beres, Baharudin mendatangi Tarmidzi. Minta kesediaannya untuk kembali menjadi pengurus masjid, dan bersedia menghubungi tenaga pengajar ngaji lagi. Namun, Tarmidzi terlanjur kecewa. "Lebih baik Pak Bahar cari pengganti saya atau bereskan dulu pembangunan fisik masjid. Masjid kan masih banyak butuh biaya. Kalau pengajian anak-anak dihidupkan lagi justru akan mengurangi kas masjid. Uang yang seharusnya untuk beli semen atau pasir akan terpakai untuk honor guru ngaji," ujar Tarmidzi. "Tapi...." "Atau begini saja, Pak," potong Tarmidzi, "Nanti kalau ekonomi saya sudah mapan, saya sudah jadi orang kaya, saya bersedia diserahi seksi pendidikan anak-anak. Dengan demikian saya tak akan membebani kas masjid untuk honor pengajar." "Apakah Pak Tarmidzi tidak...." "Ini keputusan saya, Pak," untuk kedua kalinya Tarmidzi memotong kalimat Baharudin, "Saya akan berkiprah lagi di masjid jika ekonomi saya sudah mapan. Kalau tidak, lebih baik saya jadi jamaah saja, Pak." Malam itu, rumah Baharudin dipenuhi tokoh masyarakat. Mereka tengah membicarakan nasib anak-anak di masjid Nurul Iman. Sudah sepekan anak-anak tak ada yang mengurus. Anak-anak hanya berlarian ke sana, karena tak ada guru mengaji yang datang. "Kalau masalahnya seperti itu, biar nanti anak-anak kami yang mengurus," ujar Hasan setelah mendengar penjelasan Baharudin. "Ya, saya juga bisa membantu Pak Hasan," kata Ali. "Betul apa kata Pak Hasan sama Pak Ali. Masa, kita-kita tidak ada yang mengurus anak-anak. Nanti saya juga bisa ngajar, kok," sambut Royani. "Pokoknya kalau masalah ibadah yang penting kita ikhlas. Semuanya akan jadi beres," tambah Sulaeman. "Yang jelas, uang kas masjid jangan sampai diutak-utik. Biar pemasukan dari tromol infak atau yang lainnya untuk pembangunan masjid," tukas yang lain lagi, "Saya yakin orang yang menyumbang pasti untuk kepentingan pembangunan masjid. Bukan untuk honor guru ngaji." Setelah berbagai pendapat dikemukakan. Akhirnya mereka sepakat untuk tetap melanjutkan pengajian anak-anak di masjid Nurul Iman. Tenaga pengajarnya adalah mereka yang telah menyatakan kesediaan menggantikan Tarmidzi dan kawan-kawannya. Mereka itu adalah Hasan, Ali, Royani, Mukhlis, dan Topik. Namun, lima orang itu ternyata tidak sanggup mengurusi anak-anak. Setelah mereka pegang, pengajian anak-anak hanya bisa bertahan setengah bulan. Setelah itu tidak ada yang mau dipasrahi mengurus pengajian anak-anak. Akibatnya, anak-anak di kompleks perumahan itu tak ada lagi yang mengaji. Setelah Tarmidzi berhenti mengajar ngaji, sejak itu pula masjid Nurul Iman tak ada kegiatan pengajian anak-anak lagi. Karena menjadi pengajar ngaji tidak semudah yang mereka bayangkan. Meskipun demikian, tidak ada orang yang berani mendatangkan guru ngaji anak-anak dari luar penghuni kompleks. Mereka khawatir dianggap mencari keuntungan di balik semua yang dilakukannya. Masjid yang berdiri di tengah kompleks perumahan itu makin megah. Bangunan tempat ibadah itu makin sempurna. Namun, tak ada rohnya. Sebab, tak ada kegiatan apa pun di sana kecuali hanya untuk shalat lima waktu dan shalat Jumat. Tiap shalat lima waktu pun hanya ada satu shaf yang berdiri di belakang imam. Itu pun jarang sekali penuh satu baris. Kendati demikian, segenap pengurus masjid merasa bangga. Lantaran, bangunan itu lebih indah dan lebih megah dari rumah-rumah yang ada di sekitarnya. ***Mudah2an cerpen ini dapat memberikan appresiasi baru kaum muslimn kepada para guru agama khususnya guru ngaji, trims
Read More..

06 Februari, 2009

Menjual Keperawanan

Note from Owner:
Cerita ini saya kutip dari millis delapan puluhan, karena ceritanya memberikan motivasi, maka saya tampilkan disini......


Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel berbintang lima . Sang petugas satpam yang berdiri di samping pintu hotel menangkap kecurigaan pada wanita itu. Tapi dia hanya memandang saja dengan awas ke arah langkah wanita itu yang kemudian mengambil tempat duduk di lounge yang agak di pojok. Petugas satpam itu memperhatikan sekian lama, ada sesuatu yang harus dicurigainya terhadap wanita itu. Karena dua kali waiter mendatanginya tapi, wanita itu hanya menggelengkan kepala. Mejanya masih kosong. Tak ada yang dipesan. Lantas untuk apa wanita itu duduk seorang diri. Adakah seseorang yang sedang ditunggunya. Petugas satpam itu mulai berpikir bahwa wanita itu bukanlah tipe wanita nakal yang biasa mencari mangsa di hotel ini. Usianya nampak belum terlalu dewasa. Tapi tak bisa dibilang anak-anak. Sekitar usia remaja yang t engah beranjak dewasa. Setelah sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk mendekati meja wanita itu dan bertanya: '' Maaf, nona ... Apakah anda sedang menunggu seseorang? " '' Tidak! '' Jawab wanita itu sambil mengalihkan wajahnya ke tempat lain. '' Lantas untuk apa anda duduk di sini?" '' Apakah tidak boleh? '' Wanita itu mulai memandang ke arah sang petugas satpam.. '' Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya diperuntukan bagi orang yang ingin menikmati layanan kami.'' '' Maksud, bapak? " '' Anda harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini '' '' Nanti saya akan pesan setelah saya ada uang. Tapi sekarang, izinkanlah saya duduk di sini untuk sesuatu yang akan saya jual '' Kata wanita itu dengan suara lambat. '' Jual? Apakah anda menjual sesuatu di sini? '' Petugas satpam itu memperhatikan wanita itu. Tak nampak ada barang yang akan dijual. Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawa brosur. '' Ok, lah. Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk berjualan. Mohon mengerti. '' '' Saya ingin menjual diri saya, '' Kata wanita itu dengan tegas sambil menatap dalam-dalam kearah petugas satpam itu. Petugas satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan. '' Mari ikut saya, '' Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan tangannya. Wanita itu menangkap sesuatu tindakan kooperativ karena ada secuil senyum di wajah petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu melangkah mengikuti petugas satpam itu. Di koridor hotel itu terdapat kursi yang hanya untuk satu orang. Di sebelahnya ada telepon antar ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung yang ingin menghubungi penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal berlangsung. '' Apakah anda serius? '' '' Saya serius '' Jawab wanita itu tegas. '' Berapa tarif yang anda minta? '' '' Setinggi-tingginya. .' ' '' Mengapa?" Petugas satpam itu terkejut sambil menatap wanita itu. '' Saya masih perawan '' '' Perawan? '' Sekarang petugas satpam itu benar-benar terperanjat. Tapi wajahnya berseri. Peluang emas untuk mendapatkan rezeki berlebih hari ini.. Pikirnya '' Bagaimana saya tahu anda masih perawan?'' '' Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu membedakan mana perawan dan mana bukan.. Ya kan ...'' '' Kalau tidak terbukti? " '' Tidak usah bayar ...'' '' Baiklah ...'' Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian melirik ke kiri dan ke kanan. '' Saya akan membantu mendapatkan pria kaya yang ingin membeli keperawanan anda. '' '' Cobalah. '' '' Berapa tarif yang diminta? '' '' Setinggi-tingginya. '' '' Berapa? '' '' Setinggi-tingginya. Saya tidak tahu berapa? '' '' Baiklah. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu sebentar ya. '' Petugas satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu. Tak berapa lama kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah cerah. '' Saya sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta. Bagaimana? '' '' Tidak adakah yang lebih tinggi? '' '' Ini termasuk yang tertinggi, '' Petugas satpam itu mencoba meyakinkan. '' Saya ingin yang lebih tinggi...'' '' Baiklah. Tunggu disini ...'' Petugas satpam itu berlalu. Tak berapa lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih berseri. '' Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp. 6 juta rupiah. Bagaimana? '' '' Tidak adakah yang lebih tinggi? '' '' Nona, ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila anda diperkosa oleh pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau andai perawan anda diambil oleh pacar anda, andapun tidak akan mendapatkan apa apa, kecuali janji. Dengan uang Rp. 6 juta anda akan menikmati layanan hotel berbintang untuk semalam dan keesokan paginya anda bisa melupakan semuanya dengan membawa uang banyak. Dan lagi, anda juga telah berbuat baik terhadap saya. Karena saya akan mendapatkan komisi dari transaksi ini dari tamu hotel. Adilkan. Kita sama-sama butuh .... '' '' Saya ingin tawaran tertinggi ... '' Jawab wanita itu, tanpa peduli dengan celoteh petugas satpam itu. Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat. '' Baiklah, saya akan carikan tamu lainnya. Tapi sebaiknya anda ikut saya. Tolong kancing baju anda disingkapkan sedikit. Agar ada sesuatu yang memancing mata orang untuk membeli. '' Kata petugas satpam itu dengan agak kesal. Wanita itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap mengikuti langkah petugas satpam itu memasuki lift. Pintu kamar hotel itu terbuka. Dari dalam nampak pria bermata sipit agak berumur tersenyum menatap mereka berdua. '' Ini yang saya maksud, tuan. Apakah tuan berminat? " Kata petugas satpam itu dengan sopan. Pria bermata sipit itu menatap dengan seksama ke sekujur tubuh wanita itu ... '' Berapa? '' Tanya pria itu kepada Wanita itu. '' Setinggi-tingginya '' Jawab wanita itu dengan tegas. '' Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? '' Kata pria itu kepada sang petugas satpam. '' Rp.. 6 juta, tuan '' '' Kalau begitu saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam. '' Wanita itu terdiam. Petugas satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawaban bagus dari wanita itu. '' Bagaimana? '' tanya pria itu. ''Saya ingin lebih tinggi lagi ...'' Kata wanita itu. Petugas satpam itu tersenyum kecut. '' Bawa pergi wanita ini. '' Kata pria itu kepada petugas satpam sambil menutup pintu kamar dengan keras. '' Nona, anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin menjual? '' '' Tentu! '' '' Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu ... '' '' Saya minta yang lebih tinggi lagi ....'' Petugas satpam itu menghela napas panjang. Seakan menahan emosi. Dia pun tak ingin kesempatan ini hilang. Dicobanya untuk tetap membuat wanita itu merasa nyaman bersamanya. '' Kalau begitu, kamu tunggu di tempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba mencari penawar yang lainnya. '' Di lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria yang ada. Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita melaluinya. Sudah sekian lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun, tak begitu jauh dari hadapannya ada seorang pria yang sedang berbicara lewat telepon genggamnya. '' Bukankah kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Rupiah. Apakah itu tidak cukup? " Terdengar suara pria itu berbicara. Wajah pria itu nampak masam seketika '' Datanglah kemari. Saya tunggu. Saya kangen kamu. Kan sudah seminggu lebih kita engga ketemu, ya sayang?! '' Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan wanita. Kemudian, dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada kekesalan di wajah pria itu. Dengan tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria itu: '' Pak, apakah anda butuh wanita ... ??? '' Pria itu menatap sekilas kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan wajahnya. '' Ada wanita yang duduk disana, '' Petugas satpam itu menujuk kearah wanita tadi. Petugas satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan peluang ini. "Dia masih perawan..'' Pria itu mendekati petugas satpam itu. Wajah mereka hanya berjarak setengah meter. '' Benarkah itu? '' '' Benar, pak. '' '' Kalau begitu kenalkan saya dengan wanita itu ... '' '' Dengan senang hati. Tapi, pak ....Wanita itu minta harga setinggi tingginya.'' '' Saya tidak peduli ... '' Pria itu menjawab dengan tegas. Pria itu menyalami hangat wanita itu. '' Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu minta. Nah, sekarang seriuslah ....'' Kata petugas satpam itu dengan nada kesal. '' Mari kita bicara di kamar saja.'' Kata pria itu sambil menyisipkan uang kepada petugas satpam itu. Wanita itu mengikuti pria itu menuju kamarnya. Di dalam kamar ... '' Beritahu berapa harga yang kamu minta? '' '' Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit '' '' Maksud kamu? '' '' Saya ingin menjual satu satunya harta dan kehormatan saya untuk kesembuhan ibu saya. Itulah cara saya berterima kasih .... '' '' Hanya itu ...'' '' Ya ...! '' Pria itu memperhatikan wajah wanita itu. Nampak terlalu muda untuk menjual kehormatannya. Wanita ini tidak menjual cintanya. Tidak pula menjual penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai petarung gagah berani di tengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis. Pria ini sadar, bahwa di hadapannya ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai. Melebihi dari kehormatan sebuah perawan bagi wanita. Yaitu keteguhan untuk sebuah pengorbanan tanpa ada rasa sesal. Wanta ini tidak melawan gelombang laut melainkan ikut kemana gelombang membawa dia pergi. Ada kepasrahan diatas keyakinan tak tertandingi. Bahwa kehormatan akan selalu bernilai dan dibeli oleh orang terhormat pula dengan cara-cara terhormat. '' Siapa nama kamu? '' '' Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar ... '' Kata wanita itu '' Saya tak bisa menyebutkan harganya. Karena kamu bukanlah sesuatu yang pantas ditawar. '' ''Kalau begitu, tidak ada kesepakatan! '' '' Ada ! " Kata pria itu seketika. '' Sebutkan! '' '' Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari kamu. Terimalah uang ini. Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu ke rumah sakit. Dan sekarang pulanglah ... '' Kata pria itu sambil menyerahkan uang dari dalam tas kerjanya. '' Saya tidak mengerti ...'' '' Selama ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya. Dia menikmati semua pemberian saya tapi dia tak pernah berterima kasih. Selalu memeras. Sekali saya memberi maka selamanya dia selalu meminta. Tapi hari ini, saya bisa membeli rasa terima kasih dari seorang wanita yang gagah berani untuk berkorban bagi orang tuanya. Ini suatu kehormatan yang tak ada nilainya bila saya bisa membayar ...'' '' Dan, apakah bapak ikhlas...? '' '' Apakah uang itu kurang? '' '' Lebih dari cukup, pak ... '' '' Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal? '' '' Silahkan ...'' '' Mengapa kamu begitu beraninya ... '' '' Siapa bilang saya berani. Saya takut pak ... Tapi lebih dari seminggu saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu saya ke rumah sakit dan semuanya gagal. Ketika saya mengambil keputusan untuk menjual kehormatan saya maka itu bukanlah karena dorongan nafsu. Bukan pula pertimbangan akal saya yang `bodoh` ... Saya hanya bersikap dan berbuat untuk sebuah keyakinan ... '' '' Keyakinan apa? '' '' Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Tuhan lah yang akan menjaga kehormatan kita .... '' Wanita itu kemudian melangkah keluar kamar. Sebelum sampai di pintu wanita itu berkata: '' Lantas apa yang bapak dapat dari membeli ini ... '' '' Kesadaran... '' .. . . Di sebuah rumah di pemukiman kumuh. Seorang ibu yang sedang terbaring sakit dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya. '' Kamu sudah pulang, nak '' '' Ya, bu ... '' '' Kemana saja kamu, nak ... ???'' '' Menjual sesuatu, bu ... '' '' Apa yang kamu jual?'' Ibu itu menampakkan wajah keheranan. Tapi wanita muda itu hanya tersenyum ... Hidup sebagai yatim lagi miskin terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah kehidupan yang serba pongah ini. Di tengah situasi yang tak ada lagi yang gratis. Semua orang berdagang. Membeli dan menjual adalah keseharian yang tak bisa dielakan. Tapi Tuhan selalu memberi tanpa pamrih, tanpa perhitungan .... '' Kini saatnya ibu untuk berobat .... '' Digendongnya ibunya dari pembaringan, sambil berkata: '' Tuhan telah membeli yang saya jual... ''. Taksi yang tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan rumahnya. Dimasukannya ibunya ke dalam taksi dengan hati-hati dan berkata kepada supir taksi: '' Antar kami kerumah sakit.
Read More..